Selamat Datang di Kampung Wisata Sanjai, Bukittinggi

Beberapa merek terkenal kripik balado

Christine Hakim, Shirley, dan Mahkota, itulah beberapa merek keripik balado asli Padang yang sering dilihat ketika wisatawan kembali dari Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Mereka biasanya terlihat di bandara atau terminal bus membawa dus berdimensi rata-rata 40 cm x 40 cm dengan merek tersebut berisikan keripik sekitar beberapa kilogram sebagai buah tangan untuk dibawa ke daerah asal. Nantinya keripik tersebut akan dinikmati sendiri dan dibagikan kepada keluarga, teman, dan rekan. Bahkan, merek tersebut sengaja dipesan oleh mereka yang tidak ikut berwisata. Seakan-akan keripik di luar merek tersebut dianggap tidak enak. Karena sering terlihat dan dibicarakan, merek tersebut menjadi lekat dan populer di benak  pelanggan.

Namun, tidak banyak yang tahu dan mungkin juga tidak mencari tahu tentang asal mula keripik balado. Buat apa? Ya, memang menikmati kriuk-nya jelas lebih menarik dibandingkan sekedar membaca atau mendengarkan sejarahnya. Tapi, tentu akan lebih menarik jika bisa mendapatkan kedua hal tersebut. Industri keripik balado memang sudah sejak lama berkembang pesat di Sumbar dengan bentuk industri rumah tangga (IRT). Tidak ada catatan mengenai kapan persis awal mula keripik balado ditemukan dan mulai diproduksi. Industri tersebut tumbuh dengan merek yang beragam dengan ciri khas dan inovasi yang beragam pula. Ada yang mampu bertahan dengan persaingan pasar sekarang, tetapi tidak sedikit pula yang akhirnya gulung tikar karena tidak memiliki keunggulan.

Penyebutan istilah “keripik balado” mungkin bisa menjadi alasan pertama mengapa daerah asal keripik balado tersamarkan. Istilah “keripik balado” lebih umum digunakan untuk menunjukkan produk olahan ubi tersebut, apalagi di pasar nasional yang sebagian besar keluar melalui bandara di Kota Padang, ibukota Sumbar. Keripik atau kerupuk merupakan kosa kata Bahasa Indonesia yang tepat menggantikan karupuak, dalam bahasa aslinya Minangkabau. Namun, ada penyebutan yang berbeda di Kota Bukittinggi terhadap produk yang sama, yaitu karupuak sanjai. Sanjai merupakan nama sebuah kampung tempat asal mula karupuak sanjai. Dari sanalah produk tersebut mulai diproduksi dan menjadi usaha dan profesi utama beberapa keluarga. Diketahui, saat ini usaha tersebut sudah turun-temurun berlanjut hingga generasi ketiga atau keempat. Walaupun jumlahnya semakin menurun karena tidak mampu bertahan dengan persaingan terkini.

Karena tergolong relatif mudah ditiru dan ditambah posisi Sanjai yang tidak berada pada akses masuk wisatawan, industri karupuak sanjai ini berkembang meluas keluar daerah Sanjai mulai dari yang terdekat ke Ganting di salah satu pinggiran jalan penghubung Bukittinggi dengan Kota Pekanbaru di Provinsi Riau, Padang Luar di salah satu pinggiran jalan penghubung Bukittinggi dengan Padang, sampai keluar kota seperti Kota Payakumbuh dan bahkan Padang. Nah, perkembangan industri tersebut hingga keluar daerah asalnya mungkin bisa menjadi alasan kedua mengapa istilah karupuak sanjai tidak lagi digunakan karena pada kenyataannya memang tidak lagi diproduksi di Sanjai. Bahkan, tiga merek populer yang disebutkan di awal tidak satupun berbasis produksi di Sanjai, bahkan juga tidak di Bukittinggi. Merek tersebut adalah hasil produksi karupuak sanjai di Padang.

Bukan bermaksud mengurangi nilai karupuak sanjai produksi luar Sanjai, mereka, pengusaha karupuak sanjai percaya dan masih memegang prinsip “beda tangan, beda hasil”. Setiap orang boleh saja mengembangkan produk karupuak sanjai tanpa harus berasal dari Sanjai. Justru dilihat secara positif, dengan semakin banyaknya pengusaha karupuak sanjai memberikan jaminan kelestarian kuliner khas Sumbar tersebut. Untuk bisa bersaing dan memperebutkan pasar, mereka dituntut menciptakan gebrakan inovasi baru terhadap produk karupuak sanjai. Oleh karena itulah sekarang kita bisa menikmati sebagai contoh karupuak sanjai rasa durian dan beberapa bentuk olahan baru dengan kemasan yang semakin menarik dan menggugah selera.

Namun, kemudahan untuk menjadi produsen bukan berarti produk asli Sanjai tidak memiliki keunggulan. Justru karena pionir, Sanjai memiliki keunikan dari segi peralatan, perlengkapan, dan cara pembuatan karupuak sanjai yang dipertahankan secara tradisional. Hal tersebut bisa menjadi daya tarik dan kegiatan wisata yang berbeda bagi wisatawan. Dengan pengembangan pariwisata kreatif, wisatawan tidak hanya menikmati karupuak sanjai sebagai hasil akhir produksi, tetapi juga diajak menyaksikan proses produksi dan bisa belajar membuat karupuak sanjai.

Tidak hanya wisata karupuak sanjai, Sanjai juga menawarkan bentuk wisata lainnya yang tak kalah menarik dan bisa memberikan kenangan bagi wisatawan. Sesuai dengan Destination Mix, penawaran wisata terdiri dari 5A, yaitu daya tarik wisata (atraksi), aksesibilitas, akomodasi, amenitas, dan aktivitas. Seperti apa penawaran wisata lainnya yang ada di Sanjai? Lebih rinci dapat dilihat pada halaman masing-masing dengan meng-klik tautannya. Selamat datang di Kampung Wisata Sanjai, Bukittinggi! 🙂

Tinggalkan komentar